TANDA MUKMIN
( Memebaca dan Mengamalkan Al-Quran )
.
“ Dari riwayat Abu Musa dari
Nabi Saw, beliau bersabda : Seorang mukmin yang membaca al-Quran dan
mengamalkannya layaknya `utrujah rasanya
enak da aromnya enak pula, dan seorang mukmin yang tidak membaca al-Quran namun
mengamalkannya layaknya kurma yang rasanya enak namun tidak memiliki aroma,
adapun permisalan orang munafiq yang membaca al-Quran adalah seperti al-raihanah yang aromanya enak tetapi
rasanya pahit, dan permisalan orang munafik yang tidak membaca al-quran
layaknya al-handhalah (labu pahit),
rasanya pahit atau busuk demikian pula aromanya juga busuk”
Rasululloh
saw. bersabda,” Barang siapa membaca Al-Qur’an dan mengamalkan apa yang
terkandung didalamnya, maka kedua orang tuanya akan dipakaikan mahkota pada
hari kiamat yang cahayanya akan lebih indah daripada cahaya matahari di rumah2
di dunia ini. Maka apa perkiraanmu mengenai yang
mengamalkannya ?” ( H.R. Abu Dawud ).
Keberkahan
membaca dan mengamalkan Al-Qur’an adalah kepada orang tuanya akan dipakaikan
mahkota yang cahayanya akan lebih terang dari cahaya matahari. jika orang tua
dari pembaca al-Qur’an saja akan mendapat pahala seperti itu, maka pahala untuk
orang yang mengamalkannya tentu akan mendapat derajat yang lebih tinggi.
Rasulullah
saw., bersabda, ” Barang siapa membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya, maka akan
dipakaikan kepadannya sebuah mahkota yang terbuat dari nur, dan kedua
orangtuanya akan dipakaikan sepasang pakaian yang indah tiada bandingnya di
dunia ini. Orangtuanya akan bertanya kepada Alloh
swt.,’ ya Alloh, mengapa kami diperlakukan demikian?’ Jawab Alloh,’ Karena
kalian telah menjadikan anak kalian sebagai orang pembaca Al-Qur’an.”‘ (
H.R.Hakim ).
Rasululloh saw.,
bersabda,”Barang siapa mengajarkan anaknya membaca Al-Qur’an, maka dosa-dasanya
yang akan datang dan yang telah lalu akan diampuni. Dan barang siapa
mengajarkan anaknya sehingga menjadi hafizh Al-Qur’an, maka pada hari Kiamat ia
akan dibangkitkan dengan wajah yang bercahaya seperti cahaya bulan purnama dan
ia akan berkata pada anaknya,’Mulailah membaca Al-Qu’an.’ Ketika anaknya
membaca 1 ayat, maka orangtuanya dinaikkan 1 derajat, hingga terus bertambah
tinggi sampai tamat bacaannya.
Inilah fadhilah
orangtua yang mengajarkan anaknya membaca Al-Qur’an. Jika anda menjauhkan anak
anda dari agama hanya karena beberapa rupiah, anda tidak saja akan tertutup
dari pahala, tetapi anda juga harus menjawab pertanyaan-pertanyaan Alloh
swt..Ingatlah bahwa dengan perbuatan seperti itu berarti anda telah melemparkan
anak anda ke dalam penderitaan selama-lamanya, bahwa andapun akan menanggung
beban tanggung jawab yang sangat besar. Dalam hadist disebutkan : Setiap kamu
adalah pemimpin, dan setiap kamu akan ditanya tentang kepemimpinannya.
Setiap oarang
akan ditanya, sejauhmana ia telah mengajarkan agama. Jika anda mendidik agama
kepada anak anda, kelek anda akan terbebas dari tuntutan, dan selama anak kita
hidup, seluruh amal kebaikannya, doa-doa ampunan yang ia mohonkan untuk anda,
itu semua akan menyebabkan derajat anda dinaikkan. Sebaliknya, jika hanya
rakus(maaf) mencari beberapa rupiah sehingga rela mengorbankan pendidikan agama
bagi anak-anak, maka anda sendiri akan menanggung akibat keburukan dan
kefasikan mereka.
Semua amalan
kita tidak akan sia-sia, semuanya akan menjadi tabungan di akhirat kelak.
Dengan nama Alloh, sayangilah diri anda. Dunia pasti akan berakhir dan maut
merupakan penutup dari segala penderitaan di dunia. Tetapi penderitaan setelah
mati tidak akan pernah berakhir.
A.
Al-Quran yang berhubungan dengan ilmu sosial
Membicarakan
ilmu sosial, saya bersepakat dengan disertasi doktoral Ustadz Bustanuddin Agus
di UIN Syarif Hidayatullah, yang kemudian diterbitkan dalam bentuk buku kecil
yang bermanfaat. Logika awal yang coba dibangun adalah bahwa tentang tujuan
yang ingin dicapai ajaran Islam adalah kemaslahatan umat manusia di dunia dan
akhirat. Kemaslahatan hidup dunia tentu berkaitan dengan kesejahteraan lahir
batin, keamanan, keteraturan, kerja sama, dan ketentraman hidup bermasyarakat.
Inilah objek kajian ilmu-ilmu sosial.
Imam
As Syatibi mengelompokkan kemaslahatan yang ingin diwujudkan oleh syari’at
Islam pada tiga kategori:
- Al mashalih adh dharuriyat (kemaslahatan pokok)
- Al mashalih al hajiyat (kemaslahatan yang dibutuhkan)
- Al mashalih at tahsiniyat (kemaslahatan dalam bentuk adab dan sopan santun)
Ketiga
kualitas maslahat ini diarahkan pada lima target utama, yakni memelihara agama,
nyawa, harta dan kehormatan. Keseluruhan target ini sangat berkaitan dengan
kajian ilmu-ilmu sosial. Islam menghendaki agar ilmu sosial ditujukan kepada
pemeliharaan dan peningkatan mutu keberagamaan, kualitas akal serta memelihara
harta, nyawa dan kehormatan.
Al Qur’an sebagai kitab yang menjadi hudan, petunjuk bagi manusia, memuat
porsi terbesar dari ayat-ayatnya mengenai persoalan kemanusiaan dan hubungan
sosialnya. Al
Qur’an telah pula mengkaji dan menganalisis prinsip-prinsip yang mengatur,
mempengaruhi, membentuk manusia berikut watak, gagasan, nilai, lembaga, bahkan
konsep-konsep moral dan spiritualnya. Jadi yang perlu dilakukan saat ini adalah
memahami ilmu sosial dengan alur yang sesuai dengan Islam. Jadi, jangan lagi
alergi dengan ilmu sosial dengan alasan takut ‘tersesat’. Ilmu itu sebenarnya
lurus saja, hanya para penafsirnya serupa Marx, Hegel, Marchiaveli dan lainnya
yang rusak. Rusak kehidupan dan moral pribadinya. Kalau ia ditafsirkan dengan
Al Qur’an sebagai acuan, maka kesejahteraan hidup masyarakat ada di ambang
mata.
Adapun ilmu-ilmu sosial yang utama untuk dipelajari saat ini adalah ilmu
ekonomi beserta segala perangkatnya, sosiologi, sejarah, politik (baik lokal
maupun hubungan internasional), ilmu-ilmu administrasi dan manajemen, psikologi
dan humaniora.
B.
Al-Quran yan berhubungan dengan Sains dan IPTEK
Sains dan ilmu pengetahuan adalah
merupakan salah satu isi pokok kandungan kitab suci al-Qur’an. Bahkan kata ‘ilm
itu sendiri disebut dalam al-Qur’an sebanyak 105 kali, tetapi dengan kata
jadiannya ia disebut lebih dari 744 kali[8]. Sains merupakan salah satu
kebutuhan agama Islam, betapa tidak setiap kali umat Islam ingin melakasanakan
ibadah selalu memerlukan penentuan waktu dan tempat yang tepat, umpamanya
melaksanakan shalat, menentukan awal bulan Ramadhan, pelaksanaan haji semuanya
punya waktu-waktu tertentu dan untuk mentukan waktu yang tepat diperlukan ilmu
astronomi. Maka dalam Islam pada abad pertengahan dikenal istilah “ sains
mengenai waktu-waktu tertentu”[9]. Banyak lagi ajaran agama yang pelaksanaannya
sangat terkait erat dengan sains dan teknelogi, seperti untuk menunaikan ibadah
haji, bedakwah menyebarkan agama Islam diperlukan kendraan sebagai alat
transportasi. Allah telah meletakkan garis-garis besar sains dan ilmu
pengetahuan dalam al-Qur’an, manusia hanya tinggal menggali, mengembangkan
konsep dan teori yang sudah ada, antara lain sebagaimana terdapat dalam Q.S
Ar-Rahman: 55/33.
Hai jama''ah jin dan manusia,
jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka
lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan (Q.S
Ar-Rahman: 55/33).
Ayat di atas pada masa empat
belas abad yang silam telah memberikan isyarat secara ilmiyah kepada bangsa Jin
dan Manusia, bahwasanya mereka telah di persilakan oleh Allah untuk mejelajah
di angkasa luar asalkan saja mereka punya kemampuan dan kekuatan (sulthan);
kekuatan yang dimaksud di sisni sebagaimana di tafsirkan para ulama adalah ilmu
pengetahuan atau sains dan teknelogi, dan hal ini telah terbukti di era mederen
sekarang ini, dengan di temukannya alat transportasi yang mampu menmbus angksa
luar bangsa-bangsa yang telah mencapai kemajuan dalam bidang sains dan
teknelogi telah berulang kali melakukan pendaratan di Bulan, pelanet Mars,
Juipeter dan pelanet-pelanet lainnya.
Kemajuan yang telah diperoleh oleh bangsa-bangsa yang maju (bangsa barat) dalam bidang ilmu pengetahuan, sains dan teknelogi di abad modren ini, sebenarnya merupakan kelanjutan dari tradisi ilmiah yang telah dikembangkan oleh ilmuan-ilmuan muslim pada abad pertengahan atau dengan kata lain ilmuan muslim banyak memberikan sumbangan kepada ilmua barat, hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Badri Yatim dalam bukunya Sejarah Perdaban Islam “kemajuan Barat pada mulanya bersumber dari peradaban Islam yang masuk ke Eropa melalui Spanyol[10]” dan ini di akui oleh sebagian mereka. Sains dan teknelogi baik itu yang ditemukan oleh ilmuan muslim maupun oleh ilmuan barat pada masa dulu, sekarang dan yang akan datang, itu semua sebagai bukti kebenaran informasi yang terkandung di dalam al-qur’an, karena jauh sebelum peristiwa penemuan-penemuan itu terjadi al-Qur’an telah memberikan isyarat-isyarat tentang hal itu, dan ini termasuk bagian dari kemukjizatan al-Qur’an, dimana kebenaran yang terkandung didalamnya selalu terbuka untuk dikaji, didiskusikan, diteliti, diuji dan dibuktikan secara ilmiyah oleh sipa pun.
Kemajuan yang telah diperoleh oleh bangsa-bangsa yang maju (bangsa barat) dalam bidang ilmu pengetahuan, sains dan teknelogi di abad modren ini, sebenarnya merupakan kelanjutan dari tradisi ilmiah yang telah dikembangkan oleh ilmuan-ilmuan muslim pada abad pertengahan atau dengan kata lain ilmuan muslim banyak memberikan sumbangan kepada ilmua barat, hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Badri Yatim dalam bukunya Sejarah Perdaban Islam “kemajuan Barat pada mulanya bersumber dari peradaban Islam yang masuk ke Eropa melalui Spanyol[10]” dan ini di akui oleh sebagian mereka. Sains dan teknelogi baik itu yang ditemukan oleh ilmuan muslim maupun oleh ilmuan barat pada masa dulu, sekarang dan yang akan datang, itu semua sebagai bukti kebenaran informasi yang terkandung di dalam al-qur’an, karena jauh sebelum peristiwa penemuan-penemuan itu terjadi al-Qur’an telah memberikan isyarat-isyarat tentang hal itu, dan ini termasuk bagian dari kemukjizatan al-Qur’an, dimana kebenaran yang terkandung didalamnya selalu terbuka untuk dikaji, didiskusikan, diteliti, diuji dan dibuktikan secara ilmiyah oleh sipa pun.
C.
Al-Quran yang berhubungan dengan aqidah akhlak dan syariah.
Aqidah adalah bentuk jamak dari kata Aqaid, adalah
beberapa perkara yang
wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi
keyakinan yang tidak tercampur sedikitpun dengan keragu-raguan. Aqidah adalah
sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara mudah oleh manusia berdasarkan
akal, wahyu (yang didengar) dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan dalam hati,
dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.
wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi
keyakinan yang tidak tercampur sedikitpun dengan keragu-raguan. Aqidah adalah
sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara mudah oleh manusia berdasarkan
akal, wahyu (yang didengar) dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan dalam hati,
dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.
Aqidah dalam
Al-Qur’an dapat di jabarkan dalam surat (Al-Maidah, 5:15-16) yg
berbunyi “Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab
yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang
mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan dengan kitab itu pula Allah
mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang
benderang dengan seizin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus”
berbunyi “Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab
yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang
mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan dengan kitab itu pula Allah
mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang
benderang dengan seizin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus”
“Dan agar orang-orang
yg telah diberi ilmu meyakini bahwasannya Al-Qur’an
itulah yg hak dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya
dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yg beriman
kepada jalan yang lurus.” (Al-Haj 22:54)
itulah yg hak dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya
dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yg beriman
kepada jalan yang lurus.” (Al-Haj 22:54)
Aqidah, syariah dan
akhlak pada dasarnya merupakan satu kesatuan dalam ajaran
islam. Ketiga unsur tersebut dapat dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan.
Aqidah sebagai system kepercayaan yg bermuatan elemen-elemen dasar keyakinan,
menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan agama. Sementara syariah sebagai
system nilai berisi peraturan yang menggambarkan fungsi agama. Sedangkan akhlak
sebagai sistematika menggambarkan arah dan tujuan yg hendak dicapai agama.
islam. Ketiga unsur tersebut dapat dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan.
Aqidah sebagai system kepercayaan yg bermuatan elemen-elemen dasar keyakinan,
menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan agama. Sementara syariah sebagai
system nilai berisi peraturan yang menggambarkan fungsi agama. Sedangkan akhlak
sebagai sistematika menggambarkan arah dan tujuan yg hendak dicapai agama.
Muslim yg baik adalah
orang yg memiliki aqidah yg lurus dan kuat yg
mendorongnya untuk melaksanakan syariah yg hanya ditujukan pada Allah sehingga
tergambar akhlak yg terpuji pada dirinya.
mendorongnya untuk melaksanakan syariah yg hanya ditujukan pada Allah sehingga
tergambar akhlak yg terpuji pada dirinya.
Atas dasar hubungan
itu, maka seseorang yg melakukan suatu perbuatan baik,
tetapi tidak dilandasi oleh aqidah atau keimanan, maka orang itu termasuk ke
dalam kategori kafir. Seseorang yg mengaku beraqidah atau beriman, tetapi tidak
mau melaksanakan syariah, maka orang itu disebut fasik. Sedangkan orang yg
mengaku beriman dan melaksanakan syariah tetapi dengan landasan aqidah yg tidak
lurus disebut munafik.
tetapi tidak dilandasi oleh aqidah atau keimanan, maka orang itu termasuk ke
dalam kategori kafir. Seseorang yg mengaku beraqidah atau beriman, tetapi tidak
mau melaksanakan syariah, maka orang itu disebut fasik. Sedangkan orang yg
mengaku beriman dan melaksanakan syariah tetapi dengan landasan aqidah yg tidak
lurus disebut munafik.
Aqidah, syariah dan
akhlak dalam Al-Qur’an disebut iman dan amal saleh. Iman
menunjukkan makna aqidah, sedangkan amal saleh menunjukkan pengertian syariah
dan akhlak.
menunjukkan makna aqidah, sedangkan amal saleh menunjukkan pengertian syariah
dan akhlak.
Seseorang yg melakukan perbuatan baik, tetapi tidak
dilandasi aqidah, maka
perbuatannya hanya dikategorikan sebagai perbuatan baik. Perbuatan baik adalah
perbuatan yg sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, tetapi belum tentu
dipandang benar menurut Allah. Sedangkan perbuatan baik yg didorong oleh
keimanan terhadap Allah sebagai wujud pelaksanaan syariah disebut amal saleh.
Kerena itu didalam Al-Qur’an kata amal saleh selalu diawali dengan kata iman.
perbuatannya hanya dikategorikan sebagai perbuatan baik. Perbuatan baik adalah
perbuatan yg sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, tetapi belum tentu
dipandang benar menurut Allah. Sedangkan perbuatan baik yg didorong oleh
keimanan terhadap Allah sebagai wujud pelaksanaan syariah disebut amal saleh.
Kerena itu didalam Al-Qur’an kata amal saleh selalu diawali dengan kata iman.
Antara lain firman Allah dalam (An-Nur, 24:55) “Allah
menjanjikan bagi
orang-orang yg beriman diantara kamu dan mengerjakan amal saleh menjadi
pemimpin di bumi sebagaimana Ia telah menjadikan orang-orang dari sebelum
mereka (kaum muslimin dahulu) sebagai pemimpin; dan mengokohkan bagi mereka
agama mereka yg Ia Ridhai bagi mereka; dan menggantikan mereka dari rasa takut
mereka (dengan rasa) tenang. Mereka menyembah (hanya) kepada-Ku, mereka tidak
menserikatkan Aku dengan sesuatupun. Dan barang siapa ingkar setelah itu, maka
mereka itu adalah orang-orang yg fasik”
orang-orang yg beriman diantara kamu dan mengerjakan amal saleh menjadi
pemimpin di bumi sebagaimana Ia telah menjadikan orang-orang dari sebelum
mereka (kaum muslimin dahulu) sebagai pemimpin; dan mengokohkan bagi mereka
agama mereka yg Ia Ridhai bagi mereka; dan menggantikan mereka dari rasa takut
mereka (dengan rasa) tenang. Mereka menyembah (hanya) kepada-Ku, mereka tidak
menserikatkan Aku dengan sesuatupun. Dan barang siapa ingkar setelah itu, maka
mereka itu adalah orang-orang yg fasik”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar